penilaian status gizi kekurangan yodium
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Iodium ditemukan pada tahun
1811 oleh Courtois. Iodium merupakan
sebuah anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai
hormon tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio
dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi
disemua kehidupan. Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak
jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino.
Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk
memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui
saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah
pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah
(25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan
yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya.
Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi
kurang yang masih dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Dimana defisiensi gizi
ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal
sampai lansia, sbelumnya defisiensi yodium dikenal dengan istilah Gondok
(pembesaran kelenjar tyroid), namun saat ini istilah defisiensi yodium bukan
hanya sekedar pembesaran kelenjar tyroid tetapi spektrum akibat defisiensi
sudah jauh lebih luas mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretin
dan hipotiroid. Kretin merupakan akibat yang paling berbahaya karena langsung
menyerang otak, karena luasnya akibat dari defisiensi ini , defisiensi gizi
kemudian dikenal dengan istilah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) (
Syafiq ahmad dkk, 2007).
Pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di
daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari
produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi
tanah dengan kadar iodium rendah. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara
langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia.
Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium
adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah.
Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan status gizi secara dini dimana dalam hal
ini penulis akan membahas pemeriksaan/ penilaian status gizi secara klinis dan
biokimia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan
yang mempunyai nilai sangat penting untuk dikonsumsi oleh tubuh. Yodium adalah
sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air. Yodium
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup. Yodium diperlukan tubuh dalam pembentukan hormon tiroksin untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.
Garam Beryodium adalah suatu garam yang telah
diperkaya dengan KIO3(Kalium Iodat) sebanyak 30-8- ppm. GAKY
merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat
kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit, salah satu yang
sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok.
2.2. Faktor -
faktor Penyebab Kekurangan Yodium
v Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat
hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah
ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen,
Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan
Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari
daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang
notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya.
Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami
defisiensi iodium atau daerah endemik iodium.
v Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya
gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan.
Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik, zat goiterogenik
dalam bahan makanan yang dimakan setiap
hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat
goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang
telah masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat
pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam
kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan
iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin
terhambat. Goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida
(daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan
terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat
(daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
v Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai
tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi
hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan
0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan
tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka
hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
2.3.
Klasifikasi
·
Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun
tengadah maksimal, dan dengan palpasi
tidak teraba.
·
Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun
penderita tengadah maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir
ibu jari penderita.
·
Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat,
tetapi terlihat dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar
dari Grade IA.
·
Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi
datar dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
·
Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak
6 meter atau lebih.
2.4. Gejala
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang
ditimbulkan , seperti:
Ø Reterdasi mental
Ø Gangguan pendengaran
Ø Gangguan bicara
Ø Hipertiroid (Pembesaran Kelenjar Tiroid/Gondok)
Ø Kretinisme biasanya pada anak-anak
2.5. Kebutuhan Yodium
Dalam keadaan normal intake harian
untuk orang dewasa berkisar 100 – 150 mg perhari. Iodium diekskresikan
melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi
lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake.
Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan
sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan
iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
1. Bayi
(12 bulan pertama) 50 mikrogram/hari
2. Anak
(usia 2-6 tahun) 90 mikrogram/hari
3. Anak
usia sekolah (usia 7-12 tahun) 120 mikrogram/hari
4. Dewasa (diatas
usia 12 tahun) 150 mikrogram/hari
5. Ibu
hamil 175 mikrogram/hari
6. Ibu
menyusui 200 mikrogram/hari
Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut
sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan
sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya
perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi iodium tidak
mencukupi kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami
gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus
dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi
dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan
pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil
akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh
akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran
kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok.
2.6.
Penilaian Status Gizi Secara Biokimia Pada Kasus Defisiensi Yodium
Penilaian status gizi secara biokimia merupakan
pemeriksaan yang membutuhkan spesimen yang akan diuji seperti darah, urin,
tinja, dan jaringan tubuh seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak
di bawah kulit.
GAKY adalah rangkaian
kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari
gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh
gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang
dewasa, sering dengan kadar hormon rendah, angka lahir dan kematian bayi meningkat. Disamping itu ada cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan
kadar Tyroid Stimulating Hormone (TSH dalam darah) dan
mengukur ekskresi yodium dalam urine.
Prosedur penentuan kadar yodium dalam urine
dengan metode Cerium adalah sebagai berikut :
§ 10 ml urin didestruksi (pengabuan basah) dengan
penambahan 25 ml asam klorat 28% dan 1 ml kalium kromat 0.5 %.
§ Panaskan diatas hotplate sehingga volume larutan
menjadi kurang dari 0.5 ml. Larutan ini diencerkan dengan air suling sehingga
volume larutan menjadi 100 ml.
Dari larutan terakhir ini dipipet 3 ml, kemudian ditambahkan 2 ml asam
arsenit 0.2
§ Ke dalam tiap larutan kemudian ditambahhkan 1 ml
larutan cerium (4+) ammonium sulfat 0.1 M; dikocok kembali didiamkan selama 30
menit. Absorpsi dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.
§ Kurva standar dibuat dengan cara yang sama seperti di
atas pada kadar yodium 0.01; 0.02; 0.03; 0.04; dan 0.05 ppm. Larutan standar
induk yang berkadar 100 ppm dibuat dengan melarutkan 0.0168 g KIO3 dalam 100 ml
air suling.Karena kadar yodium dalam urin dinyatakan dalam mg 1 per g
kreatinin, maka diukur pula kadar kreatinin urin dengan cara sebagai berikut :
o ml urin yang telah diencerkan 100 kali ditambahkan 4
ml H2SO4 1/12 N dan 0.5 ml natrium tungstat.
o Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 15 menit lalu
dipusing selama 10 menit.
o Supernatan dipisahkan lalu ditambahkan 0.5 ml larutan
campuran 1 ml asam pikrat 10% dan 0.2 ml NaOH 10%.
o Setelah didiamkan selama 15 menit, absorpsi larutan
dibaca pada panjang gelombang 520 nm.
o Standar kreatinin dengan konsentrasi 1 mg dikerjakan
dengan cara yang sama. Perhitungan kadar yodium per g kreatinin : jiak
diketahui konsentrasi yodium A µg/l urin dan kadar kreatinin B g/l. maka kadar
yodium A/B µg/g kreatinin.
2.7.
penilaian status gizi secara klinis pada kasus defisiensi yodium
Penilaian status gizi secara klinis merupakan penilaian tanda-tanda klinik
berdasarkan pada perubahan yang terjadi berhubungan dengan kekurangan atau
kelebihanmasupan zat gizi yang dapt dilihat pada jaringan epitel di mata,
kulit, rambut, mukosa mulut, wajah, bibir, lidah, gigi, gusi, kuku, sistem
tulang dan otot dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid (Supariasa, 2002).
Pada
kasus defisiensi yodium pemeriksaan secara klinis dapat dilihat dari kelenjar
tiroid, jika terjadi pembesaran kelenjar maka bisa dipastikan bahwa seseorang
kekurangan yodium karena penyebab defisiensi yodium adalah ketidakcukupan
asupan yodium saja.
Seperti tertera pada bagan di bawah ini.
|
|||
Manifestasi
|
||||
Penyebab
langsung
Penyebab
Tidak
langsung
Penyebab
Kurang
pengetahuan mengenai GAKY mendasar
dan manfaat
garam beryodium
|
Gambar 1. Kerangka konsep UNICEF pada terjadinya GAKY
2.8. Permasalahan
1. Masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menggunakan garam beryodium
2. Masih
rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat garam beryodium
3. Garam
Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya
perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non
yodium.
5. Pengawasan
mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta
belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
6. Pendistribusian
garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-daerah terpencil.
2.9. Pemecahan Masalah
1. Peningkatan
penyuluhan secara berkala tentang manfaat garam beryodium di masyarakat.
2. Adanya
pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi terkait.
3. Meningkatkan
kerjasama lintas sektoral tentang perlunya penggunaan garam beryodium dalam
rumah tangga.
4. Pemberitahuan
kepada masyarakat oleh petugas kesehatan tentang cara pengolahan makanan yang
mengandung yodium.
5. Pendristribusian
garam-garam beryodium ke daerah terpencil secara merata oleh instansi
terkait dalam hal ini dinas perindustrian.
6. Melakukan
pelacakan kasus dan survey desa bermasalah secara cepat jika ditemukan kasus
Gondok.
2.10. Penanggulangan
1. Memberikan
kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok.
2. Penyuluhan
tentang Yodium secara kontinue.
3. Kerjasama
Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di daerah endemik
gondok.
4. Peningkatan
konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran dan ikan laut.
5. Cek
up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan dengan
pembesaran kelenjar tiroid.
6. Pemberian
suntikan larutan minyak beryodium kepada penderita kekurangan yodium.
Cara menyimpan garam yodium yang benar :
Disimpan dalam wadah
yang kering dan tertutup rapat.
Letakkan di tempat yang
sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung.
Gunakan sendok yang
kering untuk mengambil garam.
Tutup kembali wadah
dengan baik setiap kali pengambilan garam.
Cara untuk mengetahui apakah garam yang dibeli
beryodium :
Pada kemasan
garam beryodium harus tertera tulisan garam beryodium.
Pengujian mutu
garam beryodium menggunakan cairan uji Iodina.
Pengujian
mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan iodina test dan
tradisional menggunakan ; singkong segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.
Agar penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan
baik, yang harus dilakukan yakni mengetahui bagaimana cara mengunakan garam
beryodium dengan benar :
1. Konsumsi garam yodium dengan
cukup
“Kekurangan garam beryodium tidak hanya menyebabkan
penyakit gondok, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan otak anak, untuk itu
konsumsi garam yodium dengan cukup,” jelas ahli gizi yang betugas di Puskesmas
Peneleh sejak tahun 2007 itu.
Lanjut ia jelaskan bahwa, tubuh manusia membutuhkan
zat KIO3 (Kalium Iodat dengan ukuran 30-80ppm. Akibat kekurangan zat itu bisa
mengakibatkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). GAKY merupakan masalah
gizi yang serius karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin
(ganguan pada pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan
sehari-hari dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka
wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul
yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki
berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil
dan ibu menyusui konsumsi 1 kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35
tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya.
2. Konsumsi yodium tidak
berlebih
Namun ahli gizi yang menamatkan pendidikan di
Politeknik Kesehatan (Poltekes) Malang ini mengungkapkan bahwa konsumsi yodium
yang berlebih bisa mengakibatkan hiperteroid. Hiperteroid yakni kondisi suatu
kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon tiroid yang
beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan.
Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi
garam beryodium pun harus dibatasi.
Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon
tiroidnya berlebih. Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan,
pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran
darah menstruasi tidak teratur,” jelasnya pada tim ehealth.
Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi
garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak
lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok
teh setiap hari.
3. Pastikan garam mengandung
yodium
Cara untuk menilai mutu garam beryodium tidak sulit,
yaitu dengan test kit yodina yang telah tersedia di Puskesmas dan apotik. Ambil
garam, kemudian tetesi dengan cairan yodina. Warna yang timbul dibandingkan
dengan petunjuk warna yang ada pada kit. Garam yang bermutu baik akan
menunjukkan warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam.
4. Menyimpan garam di tempat
aman
Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang
tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak
terpapar dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan
matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika
membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap.
5. Cara memasak garam yodium
dengan benar
Perlu anda ketahui bahwa langkah-langkah itu tidak
berarti sama sekali jika cara memasaknya salah. Karena kandungan yodiumnya akan
berubah dan tidak bereaksi sebelum diserap oleh tubuh.
Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak
makanan garam yang dibubuhkan ke dalam makanan saat panas mendidih. Alasannya
jika tidak begitu masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan oleh
para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena
panas mendidih tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa defisiensi yodium
merupakan salah satu masalah gizi kurang yang dihadapi oleh masyarakat di Indonesia
yang termasuk dalam 4 masalah gizi utama disamping KEP, AGB, dan kekurangan
Vitamin A. Berbeda dengan masalah gizi kurang energi protein, anemia gizi besi
dan kurang vitamin A yang melibatkan penyakit infeksi sebagai salah satu
penyebab langsung, penyebab langsung defisiensi yodium disebabkan oleh
ketidakcukupan asupan yodium, dimana pemeriksaan nya bisa dilakukan secara
klinis yakni pemeriksaan kelenjar tyroid dan pemeriksaan secara biokimia dengan
memeriksa kterin dalam urine.
Dampak
yang ditimbulkan akibat kekurangan Yodium yakni BBLR, pertumbuhan tidak
normal, keterlambatan perkembangan jiwa
dan kecerdasan, tingkat kecerdasan yang rendah, mulut mengangan dan lidah
tampak dari luar. Oleh karena penanggulangan permasalahan defisiensi perlu dilakukan
sedini mungkin terutama pada WUS, bayi, balita, maupun anak sekolah yang
dilakukan dengan berbagai cara yakni fortifikasi garam dengan yodium,
suplementasi yodium, dan pemberian kapsul yodium maupun penanggulangan jangka
panjang dengan peningkatan konsumsi garam beryodium.
3.2. Saran
1. Perlu adanya Peningkatan penyuluhan secara
berkala tentang manfaat garam beryodium
di masyarakat
2. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral tentang
perlunya penggunaan garam beryodium dalam rumah tangga
3. Pendristribusian garam-garam beryodium ke daerah
terpencil secara merata oleh instansi terkait dalam hal ini dinas
perindustrian
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, dkk, 2002. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC
Syafiq ahmad, 2007. Gizi
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press
https://sirouzs.wordpress.com/2014/05/27/metode-penilaian-status-giji-secara-biokimia-pada-kasus-kep-kva-gaky-agb-obesitas/
(diakses tanggal 25 mei 2015).
(diakses tanggal 24 Mei 2015)
ini nih artikel yang sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapushttp://obatgondok.toko-gumilar.com/
Caesars Palace Casino Resort - Mapyro
BalasHapusDirections to Caesars Palace Casino Resort (Caesars Palace Casino 고양 출장샵 Resort). Realtime driving directions 시흥 출장안마 to 의정부 출장샵 Caesars Palace 의정부 출장안마 Casino Resort, 2705 태백 출장안마 Highland Avenue,