EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA
Oleh
Kelompok II
Ade
Yunsiska Sinaga
Porman
Tiurmaida Simbolon
Sabar
Parsaulian Manalu
1.
Faktor
Resiko yang tidak dapat diubah
·
Genetik/Riwayat Keluarga
Pada kanker
payudara,telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai kecenderungan
untuk terjadinya kanker payudara yaitu BRCA1,BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi
faktor proliferasi.
Studi
menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya memiliki riwayat kanker
payudara,mempunyai resiko untuk berkembang menjadi kanker payudara adalah
sebesar 1,7 sampai 4,0 kali dibanding dengan populasi yang ada .faktor genetik
dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada,dapat berasal dari lingkungan ataupun
interaksi genetik. Hal ini menyebabkan berbagai perubahan pada gen-gen yang ada
(Rasjidi,2010).
Riwayat keluarga
juga merupakan salah satu faktor risiko penting kanker payudara. Faktor
keluarga ini terutama dari pihak ibu pada tingkat pertama meliputi ibu,bibi,dan
saudara(Bustan,2007)
·
Usia
Usia merupakan salah satu faktor
resiko yang tidak dapat diubah terjadinya kanker payudara,pada umumya umur tua
lebih beresiko terkena kanker payudara daripada umur muda tetapi di Indonesia
penderita kanker payudara berusia kurang dari 45 tahun sedangkan pada negara
maju setelah usia 40 tahun ,hal ini disebabkan karena:
a.
Life expectancy:usia harapan hidup
bangsa Indonesia masih lebih rendah dari negara maju sehingga penderita kanker
juga cenderung lebih muda dibandingkan dengan negara maju dengan harapan hidup
yang lebih panjang.
b.
Kekurangtetapan pernyataan umur:
penderita kanker payudara kebanyakan datang dari daerah pedesaan dengan sosial
ekonomi rendah dan pendidikan yang rendah pula. Mereka kebanyakan menaksir umur
yang salah ,dan cenderung lebih muda dari usia sesungguhnya(Bustan,2007).
· Ras
Kanker payudara umumya banyak
ditemukan pada orang berkulit putih ,hal ini disebabkan karena wanita berkulit
putih memiliki jumlah melatonin yang lebih rendah(Bustan,2007).
· Faktor
reproduksi
a. Usia
Menarche
Pada usia menarche yang mengalami
menstruasi kurang dari 12 tahun meningkatkan resiko kanker payudara. Hubungan
ini semakin kuat dengan berat badan yang rendah(BMI = <22 kg/m2)
daripada wanita dengan masa tubuh yang lebih besar (BMI= >28 kg/m2).
b.
Usia kehamilan pertama
Saat kehamilan pertama atau
melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (>35 tahun)akan
meningkatkan terajdinya risiko kanker payudara, hal ini dikarenakan adanya
ransangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan,
yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat
karsinogen.
·
Jenis kelamin
Umumnya kanker payudara banyak
diderita oleh kaum wanita,namun tidak menutup kemungkinan pria juga dapat
menderita kanker payudara,hal ini dikarenakan wanita memiliki jaringan lemak
yang lebih padat daripada pria yang menyebabkan bertumbuhnya sel abnormal dalam
payudara lebih banyak ditemukan pada wanita(Bustan,2007).
2. Faktor Resiko yang dapat diubah
beserta pencegahannya
Faktor ini berhubungan erat dengan
gaya hidup seseorang,antara lain:
a.
Konsumsi Alkohol
Studi menunjukkan bahwa resiko
kanker payudara meningkat berkaitan dengan asupan alkohol dalam jangka panjang.
Hal ini mungkin disebabkan alkohol mempengaruhi aktivitas hormon estrogen.
Hubungan antara peningkatan risiko kanker payudara dengan asupan alkohol lebih
kuat didapatkan pada wanita pascamenopause. Studi menemukan setelah konsumsi
alkohol, akan terdapat peningkatan jumlah estrogen pada urine dan
kulit(Rasjidi,2010).
b.
Obesitas
Obesitas telah lama diteliti
sebagai faktor risiko perkembangan kanker payudara. Obesitas berhubungan dengan
penurunan risiko kanker pada pramenopause dan peningkatan risiko kanker
payudara selama masa pascamenopause. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti
memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam
produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih
dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang tinggi. Obesitas juga
berkaitan dengan jumlah sex hormone
binding globulin ( SHBG ), yang berperan dalam peningkatan jumlah estradiol
(Rasjidi,2010).
c.
Terapi Sulih Hormon(TSH)
Dari studi metaanalisis ditunjukkan
bahwa terapi sulih hormon (TSH) dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Ada
peningkatan risiko sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pascamenopause yang
memakai TSH. Studi lain yang melibatkan 725.550 wanita didapatkan hasil
ternyata risiko kanker meningkat pada pengguna TSH estrogen tunggal atau dengan
kombinasi estrogen-progesteron untuk pemakai TSH selama 5 tahun atau
lebih(Rasjidi,2010).
d.
Faktor laktasi
Menyusui merupakan salah satu
faktor penting yang memberikan proteksi terhadap ibu. Selain untuk kesehatan
dan tumbuh kembang bayi juga dapat menghindarkan ibu dari kanker
payudara,sebaliknya untuk ibu yang tidak menyusui justru lebih berisiko terkena
kanker payudara. Menurut penelitian Lipworth bahwa pada waktu menyusui yang
lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko kanker
payudara, hal ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi
bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
e.
Merokok
Dalam beberapa studi menunjukkan
bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit dikarenakan zat-zat adiktif
yang terkandung dalam rokok seperti tar,nikotin dan bahan kimia lainnya dan hal
ini juga yang akan meningkatkan timbulnya kanker payudara.
f.
Paparan radiasi
Seseorang yang sering terpapar
radiasi,seperti radiasi untuk menghilangkan jerawat dan lain-lain dapat
meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
g.
Status sosial ekonomi
Dalam hal ini orang yang
berpenghasilan tinggi(kaya) lebih berisiko terkena kanker payudara,karena pola hidup yang tidak
sehat,seperti mengkonsumsi makanan cepat saji,kurang melakukan aktivitas fisik
dll.
PENCEGAHAN
KANKER PAYUDARA
Pencegahan
Primer
·
Promosi dan edukasi pola hidup sehat
serta kampanye kepada kaum ibu tentang pentingnya menyusui selain untuk
kesehatan bayi juga dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara dan juga
edukasi tentang bahaya rokok.
·
Peningkatan konsumsi serat
·
Peningkatan konsumsi buah dan sayur
·
Menurunkan konsumsi alkohol
·
Kontrol berat badan
·
Mengurangi paparan radiasi
·
Hindari merokok
·
Menghindari faktor resiko( riwayat
keluarga,tidak punya anak,tidak menyusui,riwayat tumor jinak
sebelumnya,obesitas,kebiasaan makan tinggi lemak kurang serat,perokok aktif dan
pasif,pemakaian obat hormonal selama >5 tahun
Pencegahan
Sekunder
· SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuannya secara rutin dilakukan adalah untuk
merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan
dapat segera diketahui. Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7-10 hari
setelah menstruasi selesai.
· Pemeriksaan
klinis payudara (CBE/Clinical Breast Examination)untuk menemukan benjolan ukuran kurang dari 1 cm
· USG,untuk
mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor
· Mamografi,untuk
menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan.
· Saranis
(pemeriksaan payudara klinis)oleh dokter atau bidan.
Pencegahan
Tersier
· Pelayanan
di Rumah Sakit(diagnosis dan pengobatan)
· Perawatan
Paliatif
3.
Populasi
berisiko
·
Kelompok umur yang melahirkan anak
pertama pada usia relatif lebih tua (>35 tahun)
·
Kelompok umur yang terlambat menopause
dan menstruasi berumur <12 tahun.
·
Kelompok wanita yang tidak kawin
·
Kelompok wanita yang nulipara (belum
pernah melahirkan)
·
Kelompok wanita yang tidak menyusui
·
Kelompok wanita yang memiliki berat
badan berlebih
·
Kelompok wanita yang rutin melakukan
terapi sulih hormon (TSH)
·
Kelompok wanita yang sering terpapar
radiasi
4.
Prevalensi,
insidens, dan case fatality rate (CFR)
·
Prevalensi
Di Indonesia kanker payudara
menempati urutan kedua setelah kanker servix dalam masalah,prevalensi juga
mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun berdasarkan Data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007 menunjukkan, kejadian kanker payudara mencapai
21,69%, lebih tinggi dari kanker leher rahim yang angkanya 17% (Rasjidi,2010).
·
Insidens
Di Rumah Sakit Kanker Dharmais
jumlah kasus baru juga terus meningkat. Pada tahun 2003 hanya ada 221 kasus,
sementara pada tahun 2008 sudah tiga kali lipatnya menjadi 657 kasus. Survei
yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan
80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara
(Rasjidi,2010).
Dari
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUD Sumedang didapatkan data
mengenai jumlah penderita kanker payudara yang
menjalani rawat inap pada bulan Januari
sampai Desember 20011 sebanyak 65 orang dan rawat
jalan 570 orang. Sementara pada
bulan Januari sampai Mei 2012, pasien kanker
payudara yang menjalani perawatan di ruang
rawat inap sebanyak 79 orang dan 241 orang pada
rawat jalan.Dari data yang didapatkan dari SIRS RSUD Sumedang tersebut dapat
dilihat bahwajumlah penderita kanker payudara yang menjalani perawatan di RSUD
Kota Sumedang sangatlah banyak dan mengalami peningkatan yang signifikan
·
Case Fatality Rate (CFR)
Berdasarkan estimasi International Agency For Research on
Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15juta kasus baru kanker payudara dengan
411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan di prediksi 55% kematian terjadi
di negara berkembang, termasuk di indonesia (Rasjidi,2010).
DAFTAR PUSTAKA
Bustan,M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:PT
Rineka Cipta;2000
Bustan,M.N.
2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Jakarta:PT Rineka Cipta; 2007
Rasjidi Imam. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta:
Sagung Seto ;2010
Novalina
Tresia Manik,Ida Maryati Ermiati,. riwayat gaya hidup penderita kanker payudara
di rumahsakit umum daerah kota sumedang.Jurnal Universitas Padjadjaran .volume 2 ,No 3,
Komentar
Posting Komentar